Penulis : - 10 December 2019, 13:13:37
Sesampai di Bandung kami berenang , lalu berburu kuliner , berenang lagi selanjutnya putar putar keliling kota Bandung Bersama anak memang sangat menyenagkan , apalagi Bersama sepupu di Bandung ikut menemani liburan anak saya Jasmin yang ingin mengelilingi kota Bandung dengan bus wisata Bandros.
Berkumpul di Taman Balai Kota Bandung, kami memasuki terminal tempat persinggahan bus Bandros (kedatangan dan keberangkatan). Kami menunggu di terminal untuk antri dan didata oleh petugas agar bisa mengatur jumlah penumpang dalam satu kendaraan.
Karena armada bus wisata Bandros cukup banyak, jadi kami tidak perlu menunggu begitu lama untuk bisa lansung menikmati jalan jalan kota Bandung Bersama keluarga.
Bus Bandros berwanarna hijau toska tiba , kami bersiap siap untuk naik, petugas mengatur agar tetap tertib dan mendahulukan penumpang yang turun terlebih dahulu, setelah itu kemudian kami dipersilahkan untuk naik dan mendapati tempat duduk yang paling depan, walaupun anak saya Jasmin agak sedikit kecewa karena dia berharap bisa naik bus Bandros berwarna pink. “ Ayah, kok kita bukan naik yang warna pink sih,” dengan perasaan kecewa , tapi perasasaan itu hilang setelah pemandu bus Bandros yang cukup lucu dengan banyolannya membawa beberapa dus minuman kemudian dibagikan kepada seluruh penumpang bus Bandros. “ ini, berhubung supir bandros kita berulang tahun semua penumpang dapat air minum gratis ya, ‘ sebut Acil nama pemandu Bandros melalui speaker suaranya.
Perjalanan Dimulai
Etape pertama sambil menyanyikan lagu Hallo Bandung bersama , bus Bandros melewati jalan Tamblong menurut Acil Dulunya, Jalan Tamblong dikenal dengan nama Jl. Akip Prawira Suganda yang kemudian diganti menjadi Jl. Tamblong karena sempat ada keluarga Tionghoa tinggal di kawasan tersebut. Keluarga tersebut berprofesi sebagai tukang meubeul dan dikenal dengan nama Keluarga Tam Long. Jalan ini membentang dari ujung Jl. Sumatra hingga Jl. Lengkong Besar sambal. Kemudian Acil tangannya menunjuk patung pesepak bola legendaris Ajat Sudrajat, “ lihat sebelah kana nada patung Ajat Sudrajat” ucap Acil, dan pandangan para penumpang tertuju ke patung Ajat Sudrajat. Anak saya langsung nanya, “ Emang siapa yah, patung itu?’
Bus, menuju Jalan Asia Afrika pemandangan disuguhkan suasana bangunan tempo dulu, dari mulai hotel, rumah tempat pertunjukan dan gedung sepanjang jalan bernuansa bangunan bersejarah, walaupun sudah sebagian besar di restorasi.
Kemudian kami menuju Gedung Merdeka yang merupakan bangunan bersejarah dimana gedung tersebut merupakan gedung bersejarah yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan non Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955.
Kuntilanak, Superhero, Pocong Mejeng di Jalan
Inilah perjalan dimana tempat ini di tunggu tunggu para penumpang bus Bandros, tetapi menjadi yang menakutkan bagi peumpang yang berusia dibawah 6 tahun, gimana tidak menakutkan, sepanjang Gedung Merdeka hingga kali cikapundung dihuni pasukan tokoh hantu Indonesia (pocong galau, pocong persib, kuntilanak, mak lampir, hantu melahirkan dll) berkumpul di sana mengganggu orang dan kendaraan yang lewat, bahkan dua tokoh hantu ada yang berusaha naik ke bus bandros yang kami tumpangi, sontak saja sebagian penumpang teriak.
Tapi itulah keseruan melewati jalan Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika , tidak hanya sekumpulan hantu, bahkan tokoh superhero pun bergabung disana ikut menghibur penggendara jalan yang melintas, bahkan pejalan kaki banyak yang ikut berfoto Bersama mereka.
Jalan Braga
Etape selanjutnya bus menuju Jalan Braga, dimana Braga merupakan nama sebuah jalan utama di kota Bandung, Indonesia. Nama jalan ini cukup dikenal sejak masa pemerintahan Hindia Belanda Sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan objek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java.
Di sisi kanan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Tata letak pertokoan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termasyhur seperti halnya kota Kota Paris pada saat itu.
Bahkan di Jalan ini tidak diaspal melainkan masih menggunakan batuan andesit sebagai material jalan, sayangnya jalan Braga terlihat macet karena padatnya kendaraan yang melintas, dan terlihat kemacetan disebabkan ujung jalan menyempit akibat terlihat jajaran kendaraan roda dua yang terparkir di sisi jalan Braga, jadi pandangan kami hanya tertuju oleh kepadatan kendaraan sepanjang melintasi jalan Braga. Walaupun macet saat melintasi jalan Braga, kami tetap senang dan tertawa karena disuguhkan candaan pemandu kami Acil, kadang serius, kadang lucu sehingga kami terhibur.
Rumah Kentang
Bus bandros yang kami tumpangi terus melaju, setelah melambat di jalan Braga akhirnya kami melintasi jalan Viaduct melewati gdung bersejarah Gedung Indonesia Menggugat kemudian menuju jalan Merdeka kemudian dilanjutkan perjalanan kami kearah Gedung Olah raga Saparua (GOR Saparua).
Tiba tiba pemandu kami berkata, “ ehm.. kok seperti ada aroma kentang ya,? Apa Kalian mencium baunya?..
Sebagian penumpang penumpang biasa saja tapi sebagian penumpang lain ada yang bilang, ‘ tidak” sorak penumpang lain.
Ternyata kami melewati depan rumah yang sekarang sedang viral di media social bahkan ceritanya telah dibuat film layar lebar film Rumah Kentang.
Anak saya Jasmin , teriak “ ayah, ayah.., itu rumah kentang yah.. serem yah, ada hantunya” . oh, bahkan saya sendiri belum tau cerita rumah kentang, bahkan lokasi yang disebut sebagai rumah kentang, sekarang saya baru tau rumah kentang lagi viral dan menjadi cerita heboh.
Menurut berita yang beredar , “ Konon di sebuah rumah di Jalan Aceh, seorang ibu sedang memasak sambil menggendong bayinya. Secara tak sengaja, bayinya jatuh ke dalam kuali besar yang sedang digunakan untuk merebus kentang. Sang bayi pun tewas seketika.
Sejak kejadian itu, rumah di Jalan Aceh tersebut sering tercium bau kentang rebus. Beberapa warga mengatakan sempat melihat penampakan seseorang yang berwajah hancur seperti bekas luka bakar dan penampakan anak kecil yang tiba-tiba muncul.
Kini Rumah Kentang Bandung diketahui sudah dipasang papan pengumuman dijual. Meski dijual dengan harga yang murah dibandingkan dengan harga pasaran, tetap saja rumah tersebut belum ada yang membelinya.
Etape berikutnya kami menuju jalan Martadinata dimana dijalan yang kami lewati banyak terdapat pusat perbelanjaan seperti Factory Outlet , Distro dan tempat kuliner di sepanjang jalan Martadinata.
Tidak terasa perjalanan dengan bus Bandros hampir memakan waktu 1 jam kami hampir mendekati Balaikota lagi, dimana tempat pemberhentian terakhir Bus bandros, dan kami menyudahi perjalanan kami bersama keluarga. Selain menyenangkan kami mendapat ilmu tentang sejarah kota Bandung.
Kami kembali ke Taman Balaikota, Ternyata menjelajahi kota Bandung dengan Bus Bandros menyenangkan, hanya dengan tiket Rp 20 Ribu rupiah, kami sudah dapat menikmati kota bandung tanpa kelelahan, dapat minum gratis dan mendengarkan pemandu bandros yang sangat menghibur sepanjang jalan. KH /Antartika
Cara Membeli Tiket Bus Bandros
- Kamu bisa datangi booth yang telah disiapkan untuk membeli tiket, berikut lokasinya:
- Di depan Museum Geologi
- Taman Balai Kota Bandung
- Alun-alun Bandung
- Harga Tiket Bus Bandros
- Rp20.000 untuk tiket one trip (Tiket untuk satu kali naik di satu rute)
- Rp40.000 untuk multiple trip (Tiket gelang untuk naik di semua rute berlaku hanya satu hari)
- Jam Operasional: Senin-Minggu, 08:00 – 16:00 WIB.